Kejadian 3: Manusia Jatuh Ke Dalam Dosa

Manusia Jatuh Ke Dalam Dosa
Manusia Jatuh Ke Dalam Dosa.

Setelah belajar perikop Manusia dan Taman Eden, sekarang kita belajar perikop Manusia Jatuh Ke Dalam Dosa.

Kita belajar perikop Manusia Jatuh Ke Dalam Dosa ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.

Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org dan gambarnya dari Taman Eden (Gan Eden) di Sarapan Pagi. Yuk kita belajar.

Pencobaan dan Kejatuhan (3:1-24).


Di sini penulis Kitab Kejadian mengisahkan langkah-langkah yang menuju kepada masuknya dosa ke dalam hati orang-orang yang diciptakan Tuhan ini, yaitu mereka yang memulai kehidupan dengan hati demikian bersih dan dengan masa depan yang demikian cemerlang.

Ketidaktaatan dan dosa merusak gambaran yang ada. Sekalipun makhluk-makhluk ini secara moral baik, kepada mereka telah diberi hak untuk memilih; dan mereka setiap saat menjadi sasaran dari kekuatan penggoda.

Karena itu ujian tidak dapat dielakkan. Taman itu merupakan sebuah ciptaan yang sangat indah, penuh dengan kelimpahan segala yang dibutuhkan.

Lingkungan di mana manusia hidup lengkap berisi segala yang diinginkan manusia. Sekalipun demikian, kepada laki-laki dan perempuan itu dikenakan satu buah larangan.

Setiap pohon, semak dan kenikmatan lainnya dapat mereka nikmati, terkecuali buah pohon "pengetahuan yang baik dan yang busuk." Larangan ini tampaknya telah menciptakan suasana di dalam mana pikiran manusia siap menyambut permintaan sang penggoda.

Manusia Jatuh Ke Dalam Dosa Genesis 3


Gen 3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Ular (nahash). Narasi mengisahkan sang penggoda sebagai salah satu jenis hewan, yaitu yang paling cerdik di antara semua hewan yang lain.

Kata Ibraninya mengandung pengertian kelicinan yang istimewa. (Legenda dari kalangan para rabi mengatakan, bahwa ular berjalan tegak.)

Ular itu memiliki kemampuan untuk berbicara dan bercakap-cakap secara bebas dengan korbannya. Ular ini merupakan makhluk yang lihai, berakal busuk, dan cerdik.

Eksegese yang belakangan mengidentifikasi ular ini dengan Iblis. Berdasarkan kebenaran Alkitab selanjutnya, kita benar, jika berkesimpulan bahwa ular adalah sarana pilihan khusus Iblis untuk penggodaan ini.

Di dalam Wahyu 12:9, penggoda ini disebut "naga besar itu, si ular tua yang disebut Iblis atau Satan" (Milton, Paradise Lost, Buku IX).

Kata nãhãsh yang artinya membuat suara mendesis, tidak diragukan lagi mengacu kepada makhluk yang kita kenal sebagai ular.

Paulus menyatakan, bahwa Iblis menjadikan dirinya "seperti malaikat terang" (II Kor. 11:14).

Iblis memilih hewan paling cerdik, paling licik, paling berhati-hati, lalu menguasai sepenuhnya makhluk tersebut untuk tindakan merusak yang dilakukannya.

Yesus mengatakan tentang Iblis, "Ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh. 8:44; bdg. Rm. 16:20; II Kor. 11:3; I Tim. 2:14; Why. 20:2).

Cara menipu yang dipakai ular menghadapi Hawa ialah mengubah arti dari larangan Allah dan kemudian membuat larangan yang telah diubah tersebut dicemoohkan.

Si penggoda pura-pura terkejut, bahwa Allah melakukan kesalahan dengan mengeluarkan perintah seperti itu.

Kemudian dia berusaha untuk meruntuhkan iman perempuan tersebut dengan menanamkan benih-benih keraguan, kecurigaan dan gambaran-gambaran palsu mengenai Yang Mahakuasa dan tujuan-tujuan-Nya di dalam pikiran perempuan itu.

Tindakan tersebut merupakan usaha sengaja untuk merendahkan Allah.

Jika iman gagal, landasan kokoh dari perilaku moral langsung runtuh. Dari ketidakpercayaan menuju kepada dosa dan malu, hanya memerlukan sebuah langkah kecil.

Gen 3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

Gen 3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Lalu sahut perempuan itu. Meladeni penggoda itu senantiasa berbahaya. Secara tidak sadar perempuan itu menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan penggoda.

Dia tidak memiliki kebijaksanaan seperti pada kata-kata Yesus dalam Matius 4:10 dan nasihat Yakobus dalam Yakobus 4:7.

Perempuan itu tidak bersalah, polos dan tidak curiga, sehingga bukan merupakan tandingan bagi si penggoda yang lihai.

Perempuan itu tidak mau diam saja menyaksikan Allah dipahami dengan tidak benar, karena itu dengan berani ia berusaha membetulkan pernyataan si ular! Namun dia mengutip larangan Allah secara salah, yaitu dengan menambahkan kata raba.

Gen 3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,

Gen 3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Kamu akan menjadi seperti Allah. Setelah Hawa kini terlibat dalam pembicaraan, si penggoda mengemukakan argumentasi yang lebih kuat.

Dengan cepat dia mengemukakan, bahwa keinginan besar manusia untuk berdiri sejajar dan bahkan menjadi sama dengan Allah, dengan sengaja telah dirintangi oleh perintah Allah itu.

Iblis menuduh Sang Khalik sebagai mementingkan diri dan membuat kebohongan yang jahat, dengan menampilkan Dia sebagai iri dan tidak ingin ciptaan-Nya memiliki sesuatu yang akan membuat mereka menjadi seperti Yang Mahatahu.

(Kata Elohim dapat diterjemahkan menjadi Allah atau allah-allah, sebab bentuknya jamak. Yang pertama merupakan pilihan lebih baik.)

Gen 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

Perempuan itu melihat ... mengambil ... dimakannya ... memberikannya. Kata-kata kerja yang kuat ini melukiskan kisah tersebut secara hidup dan jelas.

Sesuatu terjadi di dalam pikiran perempuan itu. Secara bertahap buah itu mendapat arti baru. Buah tersebut menjadi menarik untuk dipandang, membangkitkan selera untuk dimakan, dan berkuasa untuk memberikan hikmat yang baru.

Perempuan itu kemudian mengambil langkah yang baru di dalam penipuan diri. Ia bukan hanya mengharapkan makanan yang nikmat dan menarik, namun dia juga tertarik pada kekuasaan.

Perempuan itu percaya, bahwa buah tersebut sanggup memuaskan semua keinginannya. Langkah selanjutnya dilakukan dengan sendirinya dan dalam waktu singkat.

Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya. Si penggoda kini tidak diperlukan lagi. Hawa melanjutkan pekerjaannya dan memberikan buah dengan rekomendasi yang baik itu kepada suaminya, dan suaminyapun memakannya.

Gen 3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Maka terbukalah mata mereka (pãkah) ... dan mereka tahu. Kata pãkah melukiskan terjadinya sebuah mukjizat secara mendadak. Janji si penggoda dengan segera terpenuhi; persepsi langsung diperoleh.

Mereka melihat dan menjadi tahu. Namun, yang mereka saksikan jauh berbeda dengan gambaran indah yang dikemukakan ular itu. Nurani mereka dibangunkan dengan kasar.

Mereka melihat ketelanjangan mereka, ketelanjangan rohani maupun jasmani. Kemudian lahirlah rasa malu dan ketakutan.

Ketika Adam dan Hawa sadar, bahwa mereka sudah terputus hubungan dengan Allah, suatu kesunyian yang mengerikan menyelimuti mereka.

Menyusul penyesalan yang mendalam disertai berbagai penderitaannya yang tak terelakkan. Hilangnya iman mereka membuat mereka menjadi sasaran semua penderitaan yang muncul itu.

Dengan tergesa-gesa mereka membuat cawat untuk sekadar menutupi ketelanjangan mereka sebagai upaya mengatasi keterkejutan, kesepian dan rasa bersalah mereka.

Gen 3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Bunyi langkah Tuhan Allah ... pada waktu hari sejuk (lerûah artinya angin sepoi). Mereka bisa menyembunyikan diri dari Allah, namun mereka tidak bisa meloloskan diri dari-Nya.

Sang Khalik yang penuh kasih, tidak mungkin mengabaikan ketidaktaatan mereka, Dia juga tidak mungkin meninggalkan orang-orang berdosa yang gemetar itu dengan kebutuhan mereka yang sangat.

Mereka adalah milik-Nya. Kekudusan-Nya pasti datang dengan berjubahkan kasih, untuk mencari, menemukan dan menghakimi mereka.

Biasanya bunyi langkah Allah membuat mereka senang. Kini, ketakutan dan kegentaran melumpuhkan mereka sekalipun Tuhan tidak datang dalam guntur dan tidak memanggil dengan kasar.

Gen 3:9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"

Mudah untuk membayangkan kelembutan suara ilahi yang berkumandang melalui pepohonan di tengah keheningan sore itu, "Di manakah engkau?"

Tentu saja Allah mengetahui di mana laki-laki dan perempuan itu berada. Namun Dia sedang menyapa mereka, berusaha untuk memperoleh tanggapan yang diharapkan melalui kelembutan dan kasih.

Dia berusaha menuntun para pelanggar tersebut secara lembut kepada keinsafan sepenuhnya akan dosa mereka. Sekalipun Keadilan yang memerintahkan prosedurnya, Kemurahanlah yang menang. Sang Hakim akan memberikan keputusan dan mengumumkan hukuman-Nya.

Gen 3:10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."

Gen 3:11 Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"

Gen 3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."

Perempuan ... yang memberi buah pohon itu kepadaku, maka kumakan. Pertanyaan yang diajukan Allah bersifat langsung dan sangat spesifik.

Bukannya mengaku dengan jujur dan memohon pengampunan, Adam dan Hawa malah mulai berdalih dan mengalihkan tanggung jawab.

Adam dengan nekad menyebut Allah sebagai bertanggung jawab atas sebagian kesalahannya dengan menyatakan: Perempuan yang Kautempatkan di sisiku.

Ayat 13. Perempuan itu, yang menolak memikul tanggung jawab, mengalihkannya kepada ular. Ular tidak bisa mengalihkannya ke pihak yang lain lagi.

Memperdayakan (hishiani). Kata kerja ini mengandung pengertian penipuan (bdg. pemakaian konsep ini oleh Paulus dalam II Kor. 11:3; I Tim. 2:14).

Gen 3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."

Gen 3:14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Terkutuklah (ãrûr) engkau. Tuhan mengkhususkan pencetus dan penghasut dalam pencobaan tersebut untuk dikutuk dan direndahkan secara khusus.

Sejak saat itu ular akan menjalar di atas debu tanah dan bahkan debu tanahlah makanannya. Dia akan terus melata dalam kehinaan sepanjang hidupnya, dan kebencian akan diarahkan kepadanya dari semua sisi.

Manusia akan senantiasa menganggapnya sebagai lambang keburukan dari makhluk yang telah memfitnah Allah (bdg. Yes. 65:25). Dia bukan hanya mewakili jenis ular, tetapi juga kekuasaan dari kerajaan kejahatan. Sepanjang ada kehidupan, manusia akan membencinya dan berusaha untuk menghancurkannya.

Gen 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Aku akan mengadakan permusuhan. Kata êbâ berarti dendam kesumat berdarah yang ada dalam lubuk hati manusia (bdg. Bil. 35:19, 20; Yeh. 25:15-17; 35:5, 6). Engkau akan meremukkan (shûp).

Sebuah nubuat tentang pertikaian terus menerus untuk saling memusnahkan antara keturunan perempuan dengan keturunan ular.

Kata kerja shûp jarang dipakai (bdg. Ayb. 9:17; Mzm. 139:11). Kata itu sama artinya dalam kedua anak kalimat. Bila diterjemahkan sebagai meremukkan, tampaknya cocok dengan ayat tentang kepala ular namun kurang tepat untuk melukiskan serangan ular terhadap tumit manusia.

Kata ini juga diterjemahkan menjadi bersembunyi menantikan, membidik, waspada (LXX). Vulgata menerjemahkannya dengan conteret, "melukai hingga memar dalam kasus pertama dan insidiaberis, "bersembunyi menantikan" di dalam kasus berikutnya.

Dengan demikian, di dalam nas yang terkenal sebagai protevangelium atau "injil pertama" ini ada pemberitahuan mengenai pergumulan panjang, permusuhan terus-menerus, luka di kedua belah pihak, dan akhirnya kemenangan di pihak keturunan perempuan.

Janji Allah bahwa kepala ular itu akan diremukkan menunjuk kepada kedatangan Mesias dan kemenangan yang dijamin. Jaminan ini sampai di telinga makhluk-makhluk Allah yang paling dini tersebut sebagai pengharapan indah akan penebusan.

Disayangkan bahwa terjemahan dalam Vulgata mengubah kata ganti-nya (ay. 15c) dari jenis maskulin menjadi feminin sehingga memberikan dukungan palsu kepada pernyataan tak berdasar berkenaan dengan Anak Dara Maria yang dipuja.

Gen 3:16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."

Firman-Nya kepada perempuan itu. Untuk perempuan itu, Allah menetapkan bahwa dia akan tunduk kepada laki-laki dan menderita. Kehamilan dan melahirkan anak akan disertai dengan rasa sakit.

Kata asvon melukiskan rasa sakit baik jasmaniah maupun mental. Hawa akan menyadari kerinduan dan keinginannya sebagai wanita, namun bukan tanpa penderitaan.

Dengan kata lain, selaku istri dan ibu, perempuan harus tunduk kepada disiplin Yehovah. Kasih perempuan dan kepemimpinan laki-laki dikemukakan dengan gambaran yang jelas. Kita tidak dapat memahami sepenuhnya sifat dari hukuman-hukuman Tuhan tersebut.

Gen 3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:

Lalu firman-Nya kepada manusia itu. Kesukaran jasmaniah, kerja keras dan kelelahan yang mengecewakan, serta perjuangan yang berat, ditetapkan sebagai nasib si laki-laki yang dengan pasti dihukum sebagai orang berdosa.

Sebelumnya bumi telah mengeluarkan hasilnya secara berlimpah dengan mudah dan cuma-cuma bagi manusia. Adam hanya perlu "memelihara" (2:15) taman itu sehingga dapat menikmati buah-buahannya yang lezat.

Tetapi sekarang Allah mengucapkan suatu kutukan khusus atas tanah. Untuk selanjutnya bumi akan mengeluarkan hasil dengan enggan.

Laki-laki harus bekerja keras mengolah tanah untuk dapat menghasilkan kebutuhan hidup. Dan laki-laki juga harus bergumul dengan onak dan duri yang sebelumnya tidak tampak.

Kebosanan, kesulitan dan kelelahan akan merupakan nasibnya setiap hari. Untuk Adam maupun Hawa, dosa menuntut harga yang mahal.

Gen 3:18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;

Gen 3:19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Gen 3:20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.

Hawa (hawwâ). Kata Ibrani ini berhubungan dengan kehidupan, dan kata kerja yang terkait dengannya berbicara mengenai mata pencarian.

Semua manusia berasal dari perempuan pertama itu, Dia adalah ibu setiap orang dan, karena itu, ibu dari setiap suku dan bangsa.

Sesuai dengan maksud ilahi, kehidupan harus berjalan terus, sekalipun pengumuman tentang kematian sudah diutarakan --- engkau akan kembali menjadi debu (ay. 19).

Gen 3:21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.

Gen 3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya."

Gen 3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.

Gen 3:24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.

Perikop selanjutnya: Kain dan Habel. | Lihat: Daftar Perikop Kitab Kejadian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel