Bilangan 22:2-20: Balak Memanggil Bileam

Balak Memanggil Bileam​.

Setelah belajar perikop Peperangan Melawan Og, Raja Basan dari Kitab Bilangan, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yaitu Balak Memanggil Bileam.

Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Bilangan (Numbers 22:2-20 dengan judul perikop Balak Memanggil Bileam).

Kita belajar perikop Balak Memanggil Bileam ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.

Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.

Balak Memanggil Bileam (Kitab Bilangan 22:2-20)


Num 22:2 Balak bin Zipor melihat segala yang dilakukan Israel kepada orang Amori.

Num 22:3 Maka sangat gentarlah orang Moab terhadap bangsa itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan takutlah orang Moab karena orang Israel.

Num 22:4 Lalu berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian: "Tentu saja laskar besar itu akan membabat habis segala sesuatu yang di sekeliling kita, seperti lembu membabat habis tumbuh-tumbuhan hijau di padang." Adapun pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab.

Num 22:5 Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: "Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku.

Num 22:6 Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk."

Num 22:7 Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak.

Num 22:8 Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: "Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku." Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam.

Num 22:9 Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: "Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?"

Num 22:10 Dan berkatalah Bileam kepada Allah: "Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan:

Num 22:11 Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka."

Num 22:12 Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati."

Num 22:13 Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: "Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu."

Num 22:14 Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: "Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami."

Num 22:15 Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama.

Num 22:16 Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: "Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku,

Num 22:17 sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku."

Num 22:18 Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: "Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku.

Num 22:19 Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku."

Num 22:20 Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: "Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan."


4. Pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab. Sebagai sebuah acuan yang dibuat sesudah zaman Musa, kalimat ini mungkin ditambahkan, atau mencerminkan kenyataan bahwa seluruh kisah ini disisipkan kemudian pada zaman sesudah Musa.

5. Petor yang di tepi Sungai Efrat. ICC menyatakan bahwa penyunting tertentu telah mengacaukan dua tempat yang berbeda dari himpunan beberapa cerita.

Sungai ini ialah Sungai Efrat, negerinya dinamakan Aram yang terletak di antara dua sungai (Aram-Mesopotamia) dalam Ulangan 23:4.

Wilayah tersebut merupakan tanah yang dimiliki oleh leluhur bangsa Moab melalui Lot (Kej. 19:37), dan juga merupakan milik bangsa Israel melalui Abraham.

Haran, ayah Lot, meninggal di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim (Kej. 11:28).

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa Ur mungkin merupakan sebuah kota yang terletak di bagian utara Mesopotamia, dan bukan kota Sumeria kuno yang terletak di bagian selatan (JNES, XVII, 1958, hlm. 28-31, 252).

Menyembah Tuhan yang dilakukan oleh keluarga Abraham berlanjut terus, namun keturunan Lot, yaitu orang Moab dan orang Amon, menyembah dewa-dewa dari masyarakat di mana mereka tinggal.

Bahwa di wilayah yang dinamakan Aram Naharayim (Aram Mesopotamia; Kej. 24:10) terdapat seorang nabi Tuhan, cocok dengan keseluruhan gambaran kisah Alkitab.

6. Sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat. Bileam rupanya merupakan seorang nabi yang populer, dan juga seorang nabi Tuhan (Yehovah).

Oleh karena itu, Balak mengirimkan kepadanya "upah penenung" (ay. 7), dengan harapan bahwa talenta yang dimiliki nabi tersebut dapat dipakai secara berhasil guna terhadap Israel.

Tidak bisa diketahui dengan pasti: Apakah Bileam ini seorang nabi sejati yang kemudian murtad? Ataukah dia seorang nabi palsu yang kemudian dikuasai oleh Allah?

Pembahasan mengenai tokoh ini di tempat lain dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tetap bersifat merendahkannya (31:8, 16; Ul. 23:5, 6; Yos. 13:22; 24:9; Neh. 13:2; II Ptr. 2:13-15; Yud. 11; Why. 2:14).

Sekalipun beberapa penulis telah mengemukakan alasan yang lemah, bahwa dalam Mikha 6:5, Allah berbicara secara positif tentang Bileam, sesungguhnya di dalam ayat tersebut, Allah hanya berbicara secara positif tentang berkat-Nya kepada Israel melalui seorang nabi yang tersesat, dan sama sekali tidak berbicara apa-apa tentang watak Bileam.

Di dalam Yosua 13:22, Bileam dinamakan juru tenung (haqqõsèm), dan praktik tenung merupakan kegiatan yang dianggap keji oleh Tuhan (Ul. 18:10).

Kita dapat menyejajarkan nabi ini dengan Simon Magus (Kis. 8:13-24), seorang percaya yang bingung, yang berusaha memadukan ilmu tenung dengan kuasa Roh Kudus.

Dalam 24:1, dikatakan bahwa Bileam berusaha memanfaatkan ilmu nujum (nehashim).

7. Membawa di tangannya upah penenung. Kisah ini menunjukkan kontras yang sangat mencolok di antara pengertian orang kafir (bahwa nabi tersebut mampu memanipulasi para dewa) VS pemahaman Ibrani, bahwa Allah merupakan Penentu yang berdaulat atas segala sesuatu, sehingga mampu memberkati setiap orang yang ingin diberkati oleh-Nya, dan mengutuk setiap orang yang ingin dikutuk-Nya (ay. 6).

18. Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu ... yang melanggar titah Tuhan. Sekalipun kata-kata yang diucapkan Bileam ini hebat, kata-kata tersebut bertentangan dengan hatinya.

Allah telah bertitah, namun Bileam berharap ada perubahan yang memungkinkan dia untuk pergi.

Dan Allah memang mengizinkan dia untuk berangkat, namun untuk menunjukkan secara dramatis kedaulatan-Nya untuk memberkati Israel.

Persekongkolan Asing Menentang Israel (22:2-25:18).

Pasal 22 sampai 25 merupakan pembagian sastra antara kedua paruhan logis dari Kitab Bilangan.

Dalam pasal 22 sampai 34, kita tidak menemukan satu pun formula yang lazim ("Tuhan berfirman kepada Musa"), yang ada di semua pasal lainnya.

Bagian ini, sama seperti Kitab Ayub, mungkin berasal dari luar Israel.

Sekalipun dikatakan (Ul. 23:5), bahwa Musa mengetahui akal bulus Bileam, mustahil untuk menentukan apakah bahan dari sumber asing ini merupakan bagian dari catatan kudus di bawah pengawasan Musa atau bukan.

Bilangan 22:4b yang mengatakan "Pada waktu itu Balak ... menjadi raja Moab", menunjuk pada karya para juru tulis masa pasca Musa.

Jadi, cerita itu mungkin disisipkan di sini, di mana secara kronologis cerita itu cocok dan sekaligus menjadi engsel sastra untuk beralih dari generasi tua ke generasi baru, serta ke suatu sensus baru dan perundang-undangan baru yang menunjuk kepada ditempatinya negeri itu.

Sebagian penafsir mencoba mengurangi menonjolnya Bileam dalam cerita ini (ICC, hlm. 316; diikuti oleh JB, vol. 2, hlm. 248-263), dan melihat di dalamnya hanya konsep-konsep religius politis yang lebih besar dari budaya itu yang disajikan.

Akan tetapi, Bileam adalah satu karakter yang begitu integral dan tertanam kuat dalam ingatan, sehingga orang tidak mungkin benar-benar mengerti cerita itu tanpa berusaha memahami karakter ini.

Tentu saja maksud cerita adalah untuk menunjukkan bagaimana Allah melindungi umat-Nya dari rancangan-rancangan jahat kerajaan kafir serta nafsu tersembunyi dari seorang nabi yang menyimpang.

Namun, berbagai perbuatan cerdik Bileam dan perkataannya yang penuh kuasa, menjadikan cerita itu sebuah adikarya yang dramatis.

Balak, raja Moab, dikuasai oleh ketakutan karena ditaklukkannya orang-orang Amori oleh Israel.

Ia menyuruh orang memanggil Bileam, seorang nabi terkenal dari Mesopotanmia utara, dengan menjanjikan kepada Bileam kemasyhuran dan kekayaan bila Bileam mau mengutuk Israel.

Bileam dilarang Tuhan untuk pergi, karena itu ia menolak permintaan Balak.

Akan tetapi, ketika raja Balak memberikan janji-janji yang lebih hebat, sang nabi berharap agar Tuhan berubah pikiran.

Karena itu, Tuhan mengizinkan Bileam pergi ke Moab.

Di tengah perjalanan, Allah berusaha melalui Malaikat TUHAN untuk menyampaikan ketidaksenangan Tuhan terhadapnya.

Namun, hanya keledai Bileam yang bisa melihat Malaikat TUHAN.

Akhirnya, keledai tersebut berbicara dan menegur Bileam atas kebutaan rohaninya.

Lalu, mata sang nabi dibukakan untuk dapat melihat Malaikat TUHAN.

Tuhan mengizinkan Bileam meneruskan perjalanan ke Moab, supaya dia bisa secara terbuka menyatakan maksud Allah untuk menggenapi janji-Nya yang dahulu Ia berikan kepada Israel.

Balak memperlihatkan kepada Bileam perkemahan Israel dari tiga sudut pandang yang berbeda secara berturut-turut.

Setiap kali sang nabi mengucapkan berkat atas Israel, dengan perasaan benci Balak menyuruh Bileam untuk berhenti berbicara.

Akan tetapi, sang nabi terus berbicara, bahkan dengan lebih banyak lagi orakel, di mana ia meramalkan bukan saja kesejahteraan dan kekuasaan Israel pada masa yang akan datang sebagai satu bangsa, tetapi juga kehancuran Moab, Edom, Amalek, Keni dan Asyur.

Perikop Selanjutnya: Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel