Ulangan 6: Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama

Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama​.

Setelah belajar perikop Orang Israel Takut Menghadapi Kedatangan TUHAN dari Kitab Ulangan, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yakni Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama.

Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy 6 dengan judul perikop Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama).

Kita belajar perikop Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.

Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.

Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama (Kitab Ulangan 6)


Deu 6:1 "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,

Deu 6:2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.

Deu 6:3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

Deu 6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

Deu 6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Deu 6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

Deu 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Deu 6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

Deu 6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Deu 6:10 Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan;

Deu 6:11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami--dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,

Deu 6:12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.

Deu 6:13 Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.

Deu 6:14 Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu,

Deu 6:15 sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi.

Deu 6:16 Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.

Deu 6:17 Haruslah kamu berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu;

Deu 6:18 haruslah engkau melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN, supaya baik keadaanmu dan engkau memasuki dan menduduki negeri yang baik, yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu,

Deu 6:19 dengan mengusir semua musuhmu dari hadapanmu, seperti yang difirmankan TUHAN.

Deu 6:20 Apabila di kemudian hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allah kita?

Deu 6:21 maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat.

Deu 6:22 TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita;

Deu 6:23 tetapi kita dibawa-Nya keluar dari sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberikan kepada kita negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita.

Deu 6:24 TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini.

Deu 6:25 Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita."

Perintah Agung (5:1-11:32).


Perintah yang agung dan yang utama dalam perjanjian, yaitu keharusan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, diungkapkan pada pasal 5-7 dan diperkuat oleh tuntutan dan sanksi ilahi pada pasal 8-11.

Sekalipun demikian, pembagian ini tidak kaku; alur nasihat terdapat di seluruh bagian.

Jika dianalisis dengan lebih rinci, bagian ini mengemukakan tema tentang perintah agung itu sebagai berikut:

~ Berbagai tuntutan Tuhan yang ada di atas Israel, yang dinyatakan sebagai sebuah prinsip (ps.6) dan sebuah program (ps. 7).

~ Sejumlah peringatan terhadap godaan untuk mandiri, entah dalam bentuk semangat untuk menganggap diri mampu mandiri (ps. 8) atau menganggap diri paling benar (9:1-10:11).

~ Panggilan untuk benar-benar setia (10:12-11:32).

Ketentuan-ketentuan: Hidup Menurut Perjanjian (5:1-26:19).

Ketika perjanjian-perjanjian tentang kekuasaan raja dibaharui, maka peraturan-peraturannya yang merupakan bagian yang panjang dan menentukan di dalam sebuah dokumen perjanjian, diulang kembali dengan sejumlah penyempurnaan, khususnya penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang berubah.

Oleh karena itu, Musa merangkum dan merumuskan ulang berbagai syarat yang dikemukakan di dalam Perjanjian Sinai.

Selanjutnya, sebagaimana peraturan-peraturan perjanjian biasanya diawali dengan tuntutan yang mendasar dan umum agar si raja yang kalah tunduk sepenuhnya kepada raja pemenang, dan sesudah itu baru dilanjutkan dengan peraturan yang lebih terinci.

Demikian pula Musa saat ini menghadapkan Israel dengan tuntutan primer, yakni mengkhususkan diri sepenuhnya untuk Tuhan (ay. 5-11), dan sesudah itu barulah dengan peraturan-peraturan tambahan tentang kehidupan sesuai perjanjian (ay. 12-26).

1-3. Perintah-perintah yang akan diberikan sesaat lagi merupakan hukum yang diimlakan secara ilahi untuk kerajaan teokratis yang akan didirikan di negeri firdaus baru yang berlimpah susu dan madu.

3. Supaya baik keadaanmu. Kesinambungan dari kesejahteraan Israel selama tinggal di negeri anugerah Allah, seperti halnya kesinambungan kesejahteraan Adam di firdaus yang asli, tergantung pada kesinambungan ketaatan mereka kepada Tuhan.

Beberapa perbedaan penting tertentu diperlukan dalam membuat perbandingan semacam itu.

Ketaatan tanpa cacat merupakan syarat bagi Adam untuk tetap tinggal di Taman Eden.

Namun, masa tinggal Israel di Kanaan tergantung pada pemeliharaan taraf kesetiaan religius, yang tidak perlu bersifat komprehensif untuk seluruh Israel atau sempurna pemeliharaannya bahkan di antara orang Israel sejati.

Terdapat kebebasan di dalam pemberlakuan hukuman oleh Allah, sebuah kebebasan yang bersumber pada prinsip kasih karunia yang berkuasa di dalam Ia memerintah Israel.

Sekalipun demikian, Allah mengatur penghukuman-Nya sedemikian rupa, sehingga kepentingan dari pesan sejarah Israel yang bersifat sebagai lambang, tetap terjaga (Lih. taf. selanjutnya atas ps. 27-20).

4. Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Pengakuan yang dapat diterjemahkan dengan berbeda, namun tetap dapat dibenarkan secara tata bahasa ini rupanya paling baik dipahami sebagai setaraf dengan pernyataan monoteisme dalam 4:35 dan 32:39 (bdg. I Taw. 29:1).
Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian-- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (I Kor. 8:5-6).

Allah itu unik, dan keilahian itu adalah milik-Nya semata.

Bangsa Israel hanya boleh tunduk dalam perjanjian religius kepada Dia saja, dan hanya Dia saja yang harus mereka layani dengan seluruh keberadaan mereka, dengan segenap kasih mereka (6:5).

Tuntutan Allah akan pengabdian yang eksklusif dan intensif kepada diri-Nya inilah yang oleh Yesus dinamakan "perintah yang pertama dan utama" (Mat. 22:37, 38; Mrk. 12:29, 30; bdg. Luk. 10:25-28). Perintah itu merupakan perintah inti dari peraturan perjanjian.

6. Apa Yang kuperintahkan kepadamu ... haruslah engkau perhatikan. Kemurahan-kemurahan Allah pada waktu lalu yang disebutkan di bagian pendahuluan historis akan menimbulkan kasih semacam itu, dan kasih itu akan nyata dalam ketaatan penuh hormat kepada seluruh perintah yang dikemukakan Allah (bdg. 11:1, 22; 19:9; 30:16; Yoh. 14:15).

Jadi, ayat-ayat ini adalah isi dari semua ayat sesudahnya.

7a. Haruslah engkau mengajarkannya ... kepada anak-anakmu. Unsur kekeluargaan dari administrasi perjanjian, mengharuskan bahwa anak-anak juga dituntun kepada ketaatan pada peraturan-peraturan yang ada (bdg. 20 dst.).

Orang saleh harus merenungkan hukum Allah tersebut siang dan malam (ay. 7b-9; bdg. Mzm. 1:2).

Musa di sini bukan melakukan persyaratan seremonial, tetapi menguraikan tuntutan untuk senantiasa terfokus kepada perkenan Tuhan Israel melalui gambaran-gambaran yang konkret.

9. Tiang pintu ... pintu gerbang. Kata-kata ini mencerminkan kebiasaan arsitektural pada zaman Musa. Untuk pemakaian bahasa kiasan semacam itu lihat Keluaran 13:9, 16.

Pelaksanaan harfiah dari berbagai perintah pada 6:8-9 menjadi mode di antara orang-orang Yahudi yang belakangan dalam bentuk hiasan-hiasan yang dipakai setiap orang (bdg. Mat. 23:5) dan mezuzah yang dipasang di atas tiang pintu.

10-19. Akibat wajar yang senantiasa mengikuti tuntutan kesetiaan pada perjanjian-perjanjian kuno ialah larangan untuk setia pada tuan atau raja lainnya.

Di Kanaan, pencobaan untuk menyembah berhala tentu sangat berat, sebab kepercayaan kepada dewa-dewa di wilayah itu ialah, bahwa dewa-dewa tersebut adalah pemberi kesuburan dan kelimpahan bagi tanah itu.

Manusia sudah demikian tersesat, sehingga Israel yang puas dengan kelimpahan materiil dari negeri-negeri yang ditaklukkan, cenderung menghormati tuntutan berhala-berhala korban mereka dan melupakan tuntutan Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari Mesir dan memberikan kemenangan di Kanaan (ay. 10-12).

13. Demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah. Sumpah semacam itu merupakan pembaharuan ikrar kesetiaan yang mengesahkan perjanjian dan memohon kepada Allah yang membalas semua bentuk pengkhianatan.

14. Janganlah kamu mengikuti allah lain. Dengan demikian Allah secara tegas, jelas melarang bangsa itu untuk terlibat dengan salah satu dewa berhala di Kanaan.

Dia sungguh-sungguh akan dengan cemburu mempertahankan kehormatan nama-Nya (ay. 15).

16. Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu. Oleh karena itu, Israel jangan sekali-kali mencobai Allah seperti yang mereka lakukan di Masa (bdg. Kel. 17:7) dengan berusaha mencari bukti kehadiran dan kuasa-Nya yang mendatangkan pada mereka sanksi perjanjian, entah itu berkat ataukah kutuk.

Adalah lebih baik bagi Israel untuk tetap setia, maka Allah akan dengan setia memenuhi janji-janji-Nya yang baik itu (ay. 17-19; bdg. ay. 10).

20-25. Menyaksikan angkatan demi angkatan datang dan berlalu, telah memperpanjang perspektif Musa.

Perhatiannya tidak diarahkan lagi kepada kumpulan orang Israel saat itu saja, namun ikut mencakup masa depan Kerajaan Allah yang masih jauh (bdg. ay. 2).

20. Apabila di kemudian hari anakmu bertanya. Sangat penting bagi kesejahteraan teokrasi tersebut ialah pembinaan terhadap anak-anak secara terus-menerus dalam hal berita tentang rangkaian tindakan dan rencana penebusan Allah bagi umat-Nya.

24. Supaya senantiasa baik keadaan kita. Secara khusus, dengan memberikan hukum itu, Allah melanjutkan maksud kemurahan-Nya dengan menunjukkan jalan yang benar, yang jika diikuti akan mendatangkan perkenan dan berkat ilahi.

25. Kita akan menjadi benar. Ayat ini tidak mengemukakan prinsip keselamatan berdasarkan perbuatan.

Yang ditekankan adalah fungsi hukum sebagai pengungkap patokan perilaku yang benar di hadapan Allah, yang merupakan prasyarat untuk memperoleh kebahagiaan, namun bukan merupakan hal yang patut diberi imbalan.

Perikop Selanjutnya: Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel