Ulangan 7:1-11: Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan

Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan​.

Setelah belajar perikop Kasih Kepada Allah Adalah Perintah Yang Utama dari Kitab Ulangan, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yakni Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan.

Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy 7:1-11 dengan judul perikop Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan).

Kita belajar perikop Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.

Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.

Sikap Terhadap Penduduk Tanah Kanaan (Kitab Ulangan 7:1-11)


Deu 7:1 "Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu,

Deu 7:2 dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka.

Deu 7:3 Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki;

Deu 7:4 sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.

Deu 7:5 Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.

Deu 7:6 Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.

Deu 7:7 Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? --

Deu 7:8 tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.

Deu 7:9 Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan,

Deu 7:10 tetapi terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan terhadap orang itu.

Deu 7:11 Jadi berpeganglah pada perintah, yakni ketetapan dan peraturan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan."

Perintah Agung (5:1-11:32).


Perintah yang agung dan yang utama dalam perjanjian, yaitu keharusan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, diungkapkan pada pasal 5-7 dan diperkuat oleh tuntutan dan sanksi ilahi pada pasal 8-11.

Sekalipun demikian, pembagian ini tidak kaku; alur nasihat terdapat di seluruh bagian.

Jika dianalisis dengan lebih rinci, bagian ini mengemukakan tema tentang perintah agung itu sebagai berikut:

~ Berbagai tuntutan Tuhan yang ada di atas Israel, yang dinyatakan sebagai sebuah prinsip (ps.6) dan sebuah program (ps. 7).

~ Sejumlah peringatan terhadap godaan untuk mandiri, entah dalam bentuk semangat untuk menganggap diri mampu mandiri (ps. 8) atau menganggap diri paling benar (9:1-10:11).

~ Panggilan untuk benar-benar setia (10:12-11:32).

Ketentuan-ketentuan: Hidup Menurut Perjanjian (5:1-26:19).

Ketika perjanjian-perjanjian tentang kekuasaan raja dibaharui, maka peraturan-peraturannya yang merupakan bagian yang panjang dan menentukan di dalam sebuah dokumen perjanjian, diulang kembali dengan sejumlah penyempurnaan, khususnya penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang berubah.

Oleh karena itu, Musa merangkum dan merumuskan ulang berbagai syarat yang dikemukakan di dalam Perjanjian Sinai.

Selanjutnya, sebagaimana peraturan-peraturan perjanjian biasanya diawali dengan tuntutan yang mendasar dan umum agar si raja yang kalah tunduk sepenuhnya kepada raja pemenang, dan sesudah itu baru dilanjutkan dengan peraturan yang lebih terinci.

Demikian pula Musa saat ini menghadapkan Israel dengan tuntutan primer, yakni mengkhususkan diri sepenuhnya untuk Tuhan (ay. 5-11), dan sesudah itu barulah dengan peraturan-peraturan tambahan tentang kehidupan sesuai perjanjian (ay. 12-26).

1-5. Di dalam Kitab Perjanjian yang dihasilkan di Sinai, terdapat bagian yang berisi sebuah rencana untuk menaklukkan dan memusnahkan orang-orang Kanaan dengan agama mereka (bdg. Kel. 23:20-33; 34:11-16).

Dengan demikian, nubuat lama dari Nuh, yang menyebutkan bahwa Kanaan itu terkutuk dan akan menjadi hamba Sem (Kej. 9:25, 26; bdg. Kej. 10:15-18; Kel. 23:23), akan digenapi (Lih. juga Kej. 15:16-21).

Karena saat penghakiman ilahi telah tiba, Musa kini menugaskan Israel untuk melaksanakan rencana tersebut.

Setiap orang dan setiap benda di Kanaan yang telah diserahkan kepada berhala dan bukan untuk melayani Allah, harus diserahkan kepada murka Allah.

1. Tujuh bangsa (bdg. Yos. 3:10; 24:11). Di daftar yang sama di bagian lain angka itu berbeda dari tiga hingga sepuluh. Angka "tujuh" yang dicantumkan di sini mungkin merupakan angka untuk kelengkapan.

2. Akar kata Ibrani hrm yang diterjemahkan menjadi menumpas mereka sama sekali terutama artinya "mengusir" dan "memusnahkan".

Prinsip herem termanifestasikan secara penuh dan final di dalam penghukuman di neraka.

Ada orang yang tidak menyukai perintah Allah untuk menumpas orang-orang Kanaan, seakan-akan hal itu merupakan etika yang kurang kristiani. Sesungguhnya, itu berarti mereka tidak menyukai seluruh teologi dan agama Alkitab.

Perjanjian Baru, seperti juga yang Lama, mengingatkan manusia mengenai alam pengasingan abadi, di mana orang-orang durjana yang hanya mengabdi kepada kemurkaan harus memuliakan keadilan Allah yang mereka benci itu.

Karena teokrasi Perjanjian Lama di Kanaan tersebut merupakan lambang yang ditetapkan secara ilahi tentang Kerajaan Allah yang akan datang, dalam kaitan dengan itu terdapat sebuah antisipasi yang menonjol tentang pola moral yang akan berlaku pada penghakiman terakhir dan sesudahnya.

Selanjutnya, pemusnahan orang Kanaan dan alat-alat ibadah mereka (mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan ... patung-patung mereka kamu bakar habis; ay. 5) diperlukan jika ingin agar panggilan Israel untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dapat dipenuhi.

Sebab, mengingat rapuhnya orang Israel, kehadiran orang-orang Kanaan akan membuat hilangnya ciri-ciri rohani Israel (ay. 3) dalam ikatan-ikatan yang asing dan menyembah berhala (ay. 4a), sehingga kemudian mengakibatkan hancurnya Israel sendiri (ay. 4b).

Rencana penaklukan (ps. 7) itu dengan demikian merupakan penerapan yang konsisten dengan prinsip penyerahan diri yang dikemukakan sebelumnya (ps. 6; khususnya ay. 12-15).

6-16. Maksud dipilihnya Israel, yang harus dilindungi dengan memusnahkan orang-orang Kanaan, dikemukakan di sini.

6. Engkaulah yang dipilih ... untuk menjadi umat kesayangan-Nya. Pernyataan ini menegaskan kembali Keluaran 19:5-6, rumusan klasik tentang status teokratis unik yang untuk itu Israel dipilih.

Panggilan yang bersifat mulia senantiasa disertai dengan pencobaan untuk menjadi tinggi hati (bdg. kekhawatiran Musa akan hal ini di dalam ps. 8-10). Oleh karena itu, Israel diingatkan kembali untuk hanya bermegah di dalam nama Allah.

8. Karena Tuhan mengasihi kamu. Hanya di dalam kasih dan kesetiaan Allah saja bisa ditemukan alasan pemilihan Israel (4:37), pastilah bukan karena jumlah mereka yang besar.

Sebab Allah telah memilih moyang mereka, Abraham, yang hanya satu orang saja, dan keturunan Yakub, yang berpindah ke Mesir hanya berjumlah sekitar tujuh puluh orang saja (7:7; bdg. 10:22).

Karena kedaulatan kasih karunia Allah tersebut, Israel tidak memiliki hak apa pun atas Dia yang memungkinkan semua tuntutan dan sanksi perjanjian-Nya dapat disepelekan.

9. Memegang perjanjian ... sampai kepada beribu-ribu keturunan. Mengacu kepada rumusan sanksi dari perintah kedua, Musa menyatakan bahwa sekalipun kasih karunia yang dianugerahkan akan terus dicurahkan sepanjang ribuan keturunan (5:10), orang-orang murtad yang menolak kasih karunia dan kekudusan, akan menemukan bahwa sanksi-sanksi tersebut bukan ancaman kosong (7:9-11).

Perikop Selanjutnya: Janji Berkat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel