1 Tawarikh: Daftar Keturunan Adam Sampai Abraham

Kitab 1 Tawarikh diawali dengan daftar keturunan dari Adam.

Klik:

Selain melihat "Daftar Keturunan Adam Sampai Abraham" dengan tafsirannya, di sini kita juga akan belajar "garis besar" dan "pendahuluan" dari Kitab Tawarikh mengenai arti "judul Kitab", "tanggal penulisan dan penulis", dan "alasan ditulisnya Kitab ini".

1 Chronicles 1:1-27


1Ch 1:1 Adam, Set, Enos,

1Ch 1:2 Kenan, Mahalaleel, Yared,

1Ch 1:3 Henokh, Metusalah, Lamekh,

1Ch 1:4 Nuh, Sem, Ham dan Yafet.

1Ch 1:5 Keturunan Yafet ialah Gomer, Magog, Madai, Yawan, Tubal, Mesekh dan Tiras.

1Ch 1:6 Keturunan Gomer ialah Askenas, Difat dan Togarma.

1Ch 1:7 Keturunan Yawan ialah Elisa, Tarsis, orang Kitim dan orang Rodanim.

1Ch 1:8 Keturunan Ham ialah Kush, Misraim, Put dan Kanaan.

1Ch 1:9 Keturunan Kush ialah Seba, Hawila, Sabta, Raema dan Sabtekha; keturunan Raema ialah Syeba dan Dedan.

1Ch 1:10 Kush memperanakkan Nimrod; dialah orang yang mula-mula sekali berkuasa di bumi.

1Ch 1:11 Misraim memperanakkan orang Ludim, orang Anamim, orang Lehabim, orang Naftuhim,

1Ch 1:12 orang Patrusim, orang Kasluhim--dari mereka inilah berasal orang Filistin--dan orang Kaftorim.

1Ch 1:13 Kanaan memperanakkan Sidon, anak sulungnya dan Het,

1Ch 1:14 serta orang Yebusi, orang Amori, orang Girgasi,

1Ch 1:15 orang Hewi, orang Arki, orang Sini,

1Ch 1:16 orang Arwadi, orang Semari dan orang Hamati.

1Ch 1:17 Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud, Aram, Us, Hul, Geter dan Mesekh.

1Ch 1:18 Arpakhsad memperanakkan Selah, dan Selah memperanakkan Eber.

1Ch 1:19 Bagi Eber lahir dua anak laki-laki; nama yang seorang ialah Peleg, sebab dalam zamannya penduduk bumi terbagi, dan nama adiknya ialah Yoktan.

1Ch 1:20 Yoktan memperanakkan Almodad, Selef, Hazar-Mawet, Yerah,

1Ch 1:21 Hadoram, Uzal, Dikla,

1Ch 1:22 Ebal, Abimael, Syeba,

1Ch 1:23 Ofir, Hawila dan Yobab; itulah semuanya anak-anak Yoktan.

1Ch 1:24 Sem, Arpakhsad, Selah,

1Ch 1:25 Eber, Peleg, Rehu,

1Ch 1:26 Serug, Nahor, Terah,

1Ch 1:27 Abram, itulah Abraham.


Tafsiran Wycliffe


Para Leluhur (1:1-54).

Pasal yang pertama ini mengisahkan perkembangan umat manusia.

Kisah tersebut diawali dengan Adam dan menelusuri keturunannya melalui Abraham hingga Yakub dan Esau.

Tujuannya ialah untuk mendefinisikan kedudukan umat pilihan Allah di dalam sejarah dunia.

Keturunan umat manusia yang jauh dari Israel dengan demikian dikesampingkan dengan sebutan sekilas saja, itupun jika disebutkan; sedangkan mereka yang dekat dengan Israel dibahas secara lebih terinci.

Sebagian besar bahannya diambil dari Kitab Kejadian.

4. Nuh. Penulis Tawarikh mengharapkan pembacanya untuk memahami, bahwa Sem, Ham dan Yafet merupakan tiga orang putra Nuh dan bukan tiga angkatan (Kej. 5).

5. Keturunan Yafet. Ayat 5-23 mengulangi daftar di Kejadian 10 dengan sejumlah perbedaan ejaan yang tidak penting.

Keturunan Yafet mencakup orang-orang Eropa dan Asia Utara seperti orang Yawan (Ionia, orang Yunani), Gomer (orang Simeria di dataran Rusia), Tubal dan Mesekh (orang Tabali dan Muski kuno di dataran tinggi Turki) dan Madai (orang Medes dari Iran).

8. Keturunan Ham. Keturunan Ham menduduki Afrika: Put (Libia), Misraim (Mesir, dan Kusy (Etiopia).

Namun keturunan Ham juga menetap di Asia barat daya: Kanaan (Palestina) dan Nimrod Kusy di Babel (bdg. Kej. 10:10; dan perhatikan, bahwa sungai kedua dari Eden mengelilingi Kusy, 2:13).

17. Keturunan Sem. Sesudah penduduk bumi terbagi (ay. 19) yang mungkin mengacu kepada pengacauan bahasa di Babel (Kej. 11:1-9), keturunan Sem tinggal paling dekat dengan rumah asal umat manusia di Asia tengah sekalipun membentang dari Lud (Lidia di Asia kecil) dan Aram hingga Elam (di utara semenanjung Persia).

Dari Arpakshad lahirlah Eber (maksudnya: Ibrani), nenek moyang Abraham dan bangsa-bangsa pengembara lainnya yang di dalam sejarah kuno dikenal sebagai bangsa Kabiru atau Apiru. Us, Hul, Geter dan Mesekh adalah putra-putra Aram (Kej. 10:23).

27. Abram, itulah Abraham. Daftar keturunannya ditelusuri dari Kejadian 11:10-26 dan perubahan namanya dikisahkan di 17:5.

GARIS BESAR 1 TAWARIKH

I. Daftar Keturunan (1:1-9:44)
A. Para Leluhur (1:1-54)
B. Yehuda (2:1-4:23)
1. Kaum Hezron (2:1-55)
2. Keluarga Daud (3:1-24)
3. Kaum Yehuda Lainnya (4:1-23)
C. Simeon (4:24-43)
D. Suku-suku Trans-Yordan (5:1-26)
E. Lewi (6:1-81)
F. Enam Suku Lainnya (7:1-8:40; 9:35-44)
1. Aneka Rangkuman (7:1-40)
2. Benyamin (8:1-40; 9:35-44)
G. Penduduk Yerusalem (9:1-34)
II. Masa Pemerintahan Daud (10:1-29:30)
A. Latar Belakang: Kematian Saul (10:1-14)
B. Kenaikan Daud Menjadi Raja (11:1-20:8)
1. Daud Mapan di Yerusalem; Pahlawan-pahlawannya (11:1-12:40)
2. Tabut Perjanjian Dicari (13:1-14)
3. Merdeka dari Gangguan Filistin (14:1-17)
4. Tabut Perjanjian Dibawa ke Yerusalem (15:1-16:43)
5. Nubuat Natan (17:1-27)
6. Penaklukan dan Pengaturan (18:1-17)
7. Kemenangan-kemenangan Atas Amon (19:1-20:3)
8. Peperangan-peperangan Filistin (20:4-8)
C. Masa akhir Daud (21:1-29:30)
1. Sensus (21:1-30)
2. Persiapan-persiapan Bait Allah (22:1-19)
3. Pengaturan Orang Lewi (23:1-26:32)
4. Pengaturan Penduduk (27:1-34)
5. Kata-kata Terakhir (28:1-29:30)

PENDAHULUAN 1 TAWARIKH


(untuk I & II Tawarikh)

Judul.

Di dalam Alkitab Ibrani, Kitab Tawarikh berjudul dibrê hãy-yamîm, "Rangkaian kejadian" (harfiahnya, kabar) dari zaman itu.

"Jurnal sejarah lainnya, yang kini sudah tidak ada lagi, seperti Dibre Hay-yamim Raja Daud" (I Taw. 27:24) memakai istilah yang sama ini.

Karena itu judul tersebut berarti "catatan tahunan," atau "Tawarikh," sebagaimana diusulkan oleh Yerome, salah satu Bapa Gereja, dan dipakai hingga sekarang.

Kitab I dan II Raja-Raja menyebutkan catatan tahunan yang sama dengan judul "Dibre Hay-yamim raja-raja Israel" (mis. I Raj. 14:19) "raja-raja Yehuda" (I Raj. 14:29).

Namun, sebutan-sebutan itu tidak mungkin mengacu pada kedua Kitab Tawarikh yang sekarang, yang baru ditulis sekitar seratus tahun sesudah Kitab Raja-Raja, sehingga menimbulkan kesan adanya kitab sejenis lainnya yang hilang.

Kedua kitab ini pernah hanya merupakan satu kitab saja.

Pembagian yang ada sekarang menjadi dua jilid muncul ketika Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar tahun 150 sM, sekalipun sekarang semua Alkitab mengikutinya, termasuk juga kitab-kitab yang memakai bahasa Ibrani.

Selain itu, dalam pengaturan kanon pertama, Kitab Tawarikh diletakkan pada akhir Perjanjian Lama.

Dengan demikian dalam Lukas 11:51 Kristus berbicara tentang semua sahid dari Habil di dalam kitab pertama (Kej. 4) hingga Zakharia di kitab terakhir (II Taw. 24).

Tanggal Penulisan dan Penulis.

Penulis Tawarikh tidak mengemukakan kapan, atau oleh siapa, kedua kitab ini ditulis.

Kitab-kitab ini mencatat rangkaian peristiwa hingga Koresy mengeluarkan ketetapan pada tahun 538 sM yang berisi izin bagi orang-orang Yahudi untuk kembali ke tanah kelahiran mereka (II Taw. 36:22).

Selain itu, daftar keturunan mereka menyebut cucu raja Yekhonya, yaitu Zerubabel (I Taw. 3:19), yang memimpin orang Yahudi kembali pada tahun 537 sM.

Penulis kemudian mengisahkan keturunan Zerubabel hingga dua orang cucunya, yaitu Pelaca dan Yesaya (3:21), atau hingga sekitar tahun 500 sM.

Menyusul empat nama orang-orang yang hubungannya dengan raja Yekhonya tidak disebutkan dengan jelas.

Tetapi keluarga dari tokoh terakhir, yaitu Sekhanya (3:21) ditelusuri terus sampai kepada tujuh buyutnya (3:24).

Jadi, jika Sekhanya merupakan orang yang hidup sezaman dengan raja Yekhonya yang lahir pada tahun 616 sM, maka empat angkatan tambahan ini menuntun kita hingga sekitar tahun 500 sM sebagai tanggal penulisan yang paling awal bagi Kitab-kitab Tawarikh ini berlandaskan pada bukti yang ada di dalam naskah Tawarikh itu sendiri.

Sekalipun demikian, asal-usul Kitab Tawarikh ini ditunjukkan secara kuat oleh hubungannya yang erat dengan sebuah Kitab Perjanjian Lama lainnya, yaitu Kitab Ezra, yang melukiskan rangkaian peristiwa sejak ketetapan yang dikeluarkan oleh raja Koresy hingga tahun 457 sM.

Tradisi Ibrani menegaskan, bahwa Ezra menulis Kitab Tawarikh dan Kitab Ezra, kesimpulan mana dibenarkan oleh hasil penelitian akademis modern dari William F. Albright (JBL, 40 [1921], hlm. 104-124); dan kedua kitab tersebut memiliki gaya penulisan dan jenis laporan yang sama.

Hal ini tampak dari seringnya ada daftar dan daftar keturunan, penekanan yang sama pada ritual upacara, dan juga perhatian yang besar terhadap Taurat Musa.

Selain itu, ayat-ayat penutup Kitab Tawarikh (II Taw. 36:22, 23) diulang kembali sebagai ayat-ayat pembuka Kitab Ezra (1:1-3a).

Semua ini tampaknya untuk menunjukkan, bahwa Kitab Tawarikh dan Kitab Ezra merupakan satu sejarah yang berkesinambungan yang telah disusun oleh Ezra pada sekitar tahun 450 sM.

Kenyataan, bahwa Kitab II Tawarikh berakhir di tengah-tengah ketetapan Koresy menunjukkan, bahwa pada saat Ezra diilhamkan untuk menulis Kitab Tawarikh sebagai bagian akhir dari Perjanjian Lama, ia dengan sengaja menuntun pembacanya kembali kepada Kitab Ezra.

Bagian yang kedua dari tulisannya ini ia tampaknya sudah diletakkan oleh Allah di dalam kanon Alkitab sebagai kelanjutan catatan sejarah dari Kitab Raja-Raja.

Selanjutnya, karena Kitab Ezra terpisah dari Kitab Tawarikh di dalam susunan Alkitab Ibrani oleh otobiografi dari Nehemia yang menyebut tentang raja Darius II yang memerintah sejak 423 sM (Neh. 12:22), maka kita dapat menentukan tanggal penggabungan Kitab Tawarikh dan ditutupnya kanon Perjanjian Lama pada sekitar tahun 420 sM.

Jika Ezra (Ezr. 7:6) adalah penulis dari Kitab-kitab Tawarikh ini, maka kedudukannya sebagai ahli kitab sangat mungkin menjelaskan pengetahuan yang cukup mendalam mengenai sumber-sumber sejarah yang ada ketika itu di dalam kedua kitab ini.

Sumber-sumber tersebut termasuk tulisan dari nabi-nabi awal seperti Samuel, Natan, Gad (I Taw. 29:29), Ahiya, Ido, Semaya (II Taw. 9:29; 12:15), Yehu putra Hanani (II Taw. 20:34) dan nabi-nabi yang kemudian seperti Yesaya (II Taw. 32:32) dan Hosai (33:19 ASV).

Acuan utama dari penulis Kitab Tawarikh ini adalah "kitab raja-raja Yehuda dan Israel" (II Taw. 16:11; 25:26, dll.) bersama dengan "tafsiran (midras) Kitab Raja-Raja" (II Taw. 24:27).

Tetapi sekalipun kedua Kitab Tawarikh ini sering kali mengikuti Kitab Raja-Raja secara cukup cermat, Kitab Raja-Raja yang ada pada kita tidak mungkin merupakan sumber masukan yang dimaksudkan tersebut.

Sebab ayat-ayat seperti I Tawarikh 9:1 dan II Tawarikh 27:7 menyebutkan Kitab Raja-Raja sebagai sumber masukan tambahan bagi sejumlah daftar keturunan tertentu atau beberapa peperangan yang tidak dicantumkan di dalam Kitab Raja-Raja yang ada pada kita.

Acuan utama ini pastilah merupakan catatan istana yang lebih luas lagi dan kini sudah tidak ada, yang juga mencantumkan sejumlah tulisan nubuat dari Yehu (II Taw. 20:34) atau sejumlah pasal dari Yesaya 36-39 (II Taw. 32:32).

Dari sumber inilah Kitab Raja-Raja dan Tawarikh mendapatkan masukan utamanya (bdg. Yes. 36-39 dengan II Raj. 18:13-20:19 dan II Taw. 32).

Alasan Penulisan.

Semangat Ezra untuk memantapkan Taurat Musa (Ezr. 7:10) telah membuatnya kembali dari Babel ke tengah-tengah masyarakat Yahudi di Palestina pada tahun 458 sM.

Ezra langsung mengambil sejumlah tindakan untuk menghidupkan kembali penyembahan di Bait Allah (Ezr. 7:19-23, 27; 8:33, 34) dan untuk meniadakan pernikahan campur yang telah dilakukan oleh sejumlah orang Yahudi dengan para tetangga mereka yang kafir (Ezr. 9-10).

Dalam kaitan dengan kekuasaan besar yang diberikan kepada Ezra oleh raja Persia (Ezr. 7:18, 25), Ezra rupanya merupakan orang yang mengawali dibangunnya kembali tembok-tembok pelindung Yerusalem (Ezr. 4:8-16).

Baru setelah Ezra didampingi oleh Nehemia pada tahun 444 sM, tembok-tembok Yerusalem sungguh-sungguh dibangun kembali (Ezr. 4:17-23; Neh. 6:15, 16) dan Taurat Musa diakui sepenuhnya oleh masyarakat (Neh. 8).

Tetapi, bahwa yang menjadi tujuan penulis Tawarikh ialah pembangunan kembali teokrasi tampak dari ciri-ciri kitab itu sendiri.

Dibandingkan dengan kisah-kisah sejarah yang lain di dalam Kitab Kejadian, I dan II Samuel, serta I dan II Raja-Raja, Kitab Tawarikh yang bertujuan memelihara kemurnian bangsa dan agama, dijejali dengan daftar keturunan (mis: I Taw. 1-9).

Juga karena kedua kitab ini bertujuan untuk memelihara imamat dan penyembahan yang benar, kitab ini memberikan lebih banyak penekanan pada Taurat Musa, Bait Allah (I Taw. 22) dan pada Tabut Perjanjian, orang-orang Lewi serta para penyanyi (I Taw. 13; 15; 16).

Kitab ini tidak menyebutkan kegiatan para raja (II Sam. 9; I Raj. 3:16-28) dan juga kisah yang panjang tentang para nabi (seperti I Raj. 17:1-22:40 atau II Raj. 1:1-8:15).

Penekanan khusus pada jabatan imam membuat kedua kitab ini digolongkan dalam bagian ketiga (tulisan-tulisan) di dalam kanon Ibrani, terpisah dari I dan 11 Samuel serta I dan II Raja-raja yang dengan penekanannya pada hal-hal moral menempatkan mereka sebagai kitab nabi-nabi di bagian yang kedua.

Akhirnya tujuan penulisan kedua kitab ini, yaitu memberi semangat bagi mereka yang telah hilang harapan akibat penderitaan masa pembuangan, menjelaskan mengapa kitab-kitab ini mengisahkan serangkaian kemenangan yang Allah berikan pada zaman kejayaan Yehuda dahulu (II Taw. 13; 14; 20; 25).

Tujuan penulisan ini juga menjelaskan mengapa sejumlah kegagalan Daud (II Sam. 1-4) tidak disebutkan di dalam Kitab Tawarikh ini, juga sejumlah dosa dan kekalahannya yang belakangan (II Sam, 11-21) serta berbagai kegagalan Salomo (I Raj. 11) dan seluruh lembaran hitam lainnya di dalam sejarah kerajaan Yehuda.

Karena ciri-ciri tersebut, sebagian besar pengritik non-Injili terhadap Perjanjian Lama, saat ini menolak kedua Kitab Tawarikh ini karena dianggap merupakan propaganda orang Lewi abad ke-5 dengan sejumlah revisi yang luas (dan bertentangan) yang dilaksanakan sampai sekitar tahun 250 sM (demikian Adam C. Welch, Robert Pfeiffer dan W. A. L. Elmslie).

Dikatakan, bahwa kitab ini tidak mungkin merupakan sejarah yang aktual namun sekadar "peristiwa yang seharusnya terjadi" (IB, III: 341).

Angka-angka yang besar seperti satu juta orang Etiopia yang menyerbu (II Taw. 14:9) dianggap sebagai mustahil.

Sekalipun demikian, penjelasan-penjelasan yang bisa dibenarkan, dapat dikemukakan terhadap keberatan-keberatan semacam itu (lih. pembahasan di bawah atau Edward J. Young, An Introduction to the Old Testament, hlm. 388-390).

Lagipula, kecaman ini berlandaskan pada penolakan liberalisme sebelumnya, bahwa Musa yang menulis Pentateukh, yang upacara-upacara di dalamnya dibenarkan di dalam kedua Kitab Tawarikh ini.

Peneliti Alkitab yang tidak percaya dengan demikian sebelumnya terpaksa harus mengemukakan alasan-alasan yang menyanggah keaslian sejarah kedua kitab ini.

Tetapi, sejumlah penggalian purbakala di Ugarit kuno telah membenarkan keaslian dari ritual-ritual tersebut di Kanaan pada zaman Musa (J. W. Jack, The Ras Shamra Tablets: Their Bearing On the Old Testament, hlm. 29 dst.).

Albright mencatat adanya sejumlah pernyataan sejarah di dalam kedua Kitab Tawarikh ini yang telah dibenarkan keasliannya oleh penggalian purbakala (BASOR 100, [1945] hlm. 18).

Selanjutnya adalah penting, bahwa sekalipun kedua Kitab Tawarikh ini menekankan sisi yang baik dari sejarah Israel, kedua kitab ini juga tidak menutup mata terhadap kegagalan-kegagalannya.

Justru dianggap, bahwa sisi yang lain tersebut sudah diketahui oleh para pembacanya (seperti di I Taw. 22:8; 28:3), sehingga mereka terus menekankan, misalnya, pengurapan kedua atas Salomo yang lebih mendorong semangat (I Taw. 29:22) atau perilaku mula-mula Daud yang lebih bisa dijadikan teladan (II Taw. 17:3).

Berbagai hukuman yang dinubuatkan dalam I dan II Raja-Raja serta harapan-harapan para imam dalam I dan II Tawarikh sama-sama benar dan sama-sama diperlukan.

Moralitas dalam Kitab Raja-Raja adalah pokok, tetapi, penebusan dalam Kitab Tawarikh lebih merupakan ciri khas iman Kristen.

Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel